Mengawinkan Masker dengan Seleksi Alam Hadapi Covid-19

Share on facebook
Facebook
Share on whatsapp
WhatsApp
Share on twitter
Twitter

BERITAWAJO.ID – Rupanya segenap upaya telah pemerintah lakukan untuk menurunkan jumlah kasus positif coronavirus di Indonesia, belum dapat dikatakan, sukses. Meski tak dapat pula dipungkiri penanganan pasien corona sdh banyak yang sembuh. Tapi pemerintah masih terus berusaha mencari cara efektif menekan jumlah kasus positif coronavirus untuk melindungi rakyatnya dari serangan wabah penyakit atau Covid-19.

Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) beserta beberapa rincian teknisnya belum mampu membendung laju pertumbuhan jumlah kasus corona di Indonesia. Dari hari ke hari kasus positif corona kian bertambah. Jumlah positif kasus corona di Indonesia bertambah 3.891 kasus, hingga update 18 Sepetember 2020.

Lockdown atau PSBB serta “keturunannya” yang bernama Rapid Test itu, sama saja kurang efektif menekan laju pertumbuhan jumlah kasus positif corona dalam negeri. Malah kenyataan berdampak buruk terhadap perekonomian.

Menurut ahli, akibat pengumuman penerapan kebijakan PSBB TOTAL atau REM DARURAT di propinsi DKI Jakarta oleh Anies Baswedan, menyebabkan bangsa Indonesia (negara) mengalami kerugian senilai ratusan triliun rupiah, kata ahlinya.

Sulit terbayangkan betapa besar nilai kerugian diderita bangsa India, saat pemerintahan Perdana Menteri (PM) India, Narendra Modi mengumumkan penerapan kebijakan lockdown total dalam negerinya. Gelombang demonstrasi besar-besaran mengguncang India hingga Perdana Menteri Modi menyesal dan terpaksa meminta maaf kepada kaum miskin India.

Perekonomian negeri para dewa (India) itu menjadi lumpuh total. Banyak perusahaan tutup, tenagakerja berguguran terkena PHK dan eksodus orang dari kota pulang ke kampung halaman masing-masing tak terbendung lagi dengan berjalan kaki sepajang ratusan bahkan ribuan kilo meter.

Saya berpikir, penerapan wajib mengenakan masker pada setiap orang tidak jauh berbeda esensinya dengan lockdown atau PSBB. Bahkan, kalau dipikir-pikir efektivitas wajib mengenakan masker jauh lebih berdayaguna dan murah ketimbang PSBB total atau LOCKDOWN total.

Maka saya usulkan, barangkali jauh lebih baik menyikapi penyakit coronavirus dengan “mengawinkan” masker dengan seleksi alam. Tentunya dibarengi berbagai upaya lain atau sambil memperhatikan rincian protokol kesehatan—-diluar penerapan kebijakan rapid test sebab cuma pemborosan saja, memberatkan sekaligus merepotkan.

Seperti di antaranya, setiap keluar dari rumah beraktivitas agar selalu mengenakan masker, senantiasa memperhatikan anjuran kesadaran masing2 individu menjaga kebersihan, mencuci tangan, menjaga imun, menjaga jarak, berolahraga dan lainnya.

Diumpamakan, sesudah berusaha menghindar dari serangan coronavirus dengan cara lompat sana, lompat sini, menunduk, memiringkan badan, berjongkok, tiarap, dan sebagainya. Semua upaya menghindar sdh dirasa beres dilaksanakan. Tugas selanjutnya, serahkan pada alam untuk melakukan seleksi secara alami. Maka perekonomian pun bergairah.

Saya pikir mendingan demikian Itu lebih efektif dan efesien daripada menerapkan kebijakan PSBB TOTAL atau REM DARURAT—–meminjam istilah Anies—-terlebih menghidupkan kembali “makhluk” bernama Rapid Test itu.

Ongkos surat keterangan covid Rp 150.000 sekali makhluk Rapid Test beraksi bahkan bisa mencapai Rp 250.000. Masa berlaku Surat Keterangan Sehat selama empatbelas hari terhitung sejak tanggal diterbitkan.

Seluruh dunia juga orang sudah pada tahu ancaman Covod-19 terhadap kesehatan manusia, banyak orang dibuat kolaps, meninggal dunia. Karena sudah tahu begitu, jangan lagi ada kebijakan justru menambah berat masalah. Contoh, penerapan kebijakan Rapid Test atau surat kesehatan test cepat bagi yang ingin bepergian.

Sebetulnya bukan pada soal rapid test berbayar atau gratis. Terpenting ditiadakan di sini terletak pada soal dirasakan Rapid Test sudah sangat keterlaluan memberatkan sekaligus merepotkan bagi rakyat jelata dalam aktivitas mencari nafkah hidup.

Hilangkan semua atau segera anulir segala penerapan aturan sejenis Rapid Test itu. Supaya pundak rakyat jelata tidak merasa diperberat memanggul beban hidup akibat kebijakan sejenis Rapid Test itu. Sehingga mereka juga bisa tetap bertahan hidup di tengah situasi pandemi dan himpitan ekonomi.

Tanpa bermaksud mengecilkan ancaman covid-19 bagi kesehatan manusia serta segenap upaya pemerintah menjinakkan coronavirus dan melindungi rakyat dari bahaya penyebaran pandemi—-sekali lagi—-bukan bermaksud mengecilkan semua itu!

Melainkan bermaksud agar perekonomian tetap bergairah di tengah situasi pandemi. Mengingat perekonomian juga sangat penting karena termasuk hajat hidup banyak orang. Roda ekonomi harus dibiarkan terus berputar, jangan melambat apalagi sampai berhenti berputar lantaran menarik tuas REM DARURAT.

Makassar, 21 September 2020.

Penulis : Muh. Yunus HM

Editor   : Edi Prekendes

Print Friendly, PDF & Email

Related Posts