BERITAWAJO.ID, SENGKANG - Bencana banjir bandang yang melanda Kabupaten Wajo beberapa waktu lalu, masih menyisakan duka yang mendalam. Tidak hanya infra-struktur, tapi juga sejumlah sekolah yang tersebar di beberapa kecamatan mengalami kerusakan.
Pelaksana Tugas Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Wajo, Drs. H. Alamsyah, M.Si, mengungkapkan, akibat banjir bandang tersebut satuan pendidikan di Kabupaten Wajo mengalami kerugian senilai Rp 20 Miliar.
"Tentu pertama kami menyampaikan keprihatinan yang mendalam terhadap terjadinya bencana banjir bandang di beberapa Kecamatan yang ada di Kabupaten Wajo. Di mana pada tanggal 3 Mei 2024 lalu, setelah sehari sebelumnya kami memperingati hari pendidikan Nasional tanggal 2 Mei, tiba tiba pada pada tanggal 3 itu, kami mendapatkan kabar terjadi bencana di Tujuh Kecamatan di Kabupaten Wajo yakni Kecamatan Pitumpanua, Keera, Belawa, Sajoanging, Sabbangparu, Tanasitolo, Tempe dan Kec. Pammana.
Sebagai Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan, Alamsyah menegaskan pihaknya mendapatkan laporan kejadian bencana dari berbagai satuan pendidikan melalui koordinator wilayah masing masing kecamatan.
"Yang paling parah itu di Kecamatan Keera, di mana terdapat sekolah mengalami kerusakan berat. Juga ada beberapa sekolah yang pagarnya rusak diterjang banjir. Misalnya di Bulete, Kecamatan Pitumpanua, baru saja kita melakukan pembangunan pagar sekolah, tiba-tiba banjir bandang yang berakibat runtuhnya pagar sekolah," ungkap H. Alamsyah.
Berdasarkan laporan dari satuan pendidikan, TK saja atau kelompok belajar itu ada sekitar 20, kemudian untuk tingkat SD ada sekitar 57 sekolah, dengan bervariasi dinamika kerusakannya, ada berat, sedan dan ringan. Kemudian di tingkat SMP ada sekitar 9 (sembilan) sekolah yang mengalami kerusakan parah itu.
Dari data tersebut, satuan Pendidikan Wajo mengalami kerugian sekitar Rp. 20 Miliar akibat dampak bencana banjir bandang. Bukan saja gedungnya runtuh, tapi ada beberapa sarana dan prasarana termasuk yang tidak bisa terselamatkan adalah sarana perpustakaan bahkan mobiler, kursi yang ada di Awo itu juga, terbawa arus.
"Sehingga itu yang terjadi dan upaya kami khusus yang berat ini kami dirikan tenda. Tenda sementara untuk dijadikan sebagai proses belajar-mengajar. Makanya kemarin saya pantau di Pitumpanua dengan di Keera untuk pelaksanaan ujian akhir sekolah (UAS), karena saya ingin memastikan bahwa apakah bencana mempengaruhi pelaksanaan UAS itu," jelasnya.
H. Alamsyah memastikan, berdasarkan beberapa sampel yang disampaikan di beberapa lokasi terjadi bencana banjir bandang, pelaksanaan UAS baik di tingkat SD, maupun di tingkat SMP itu berjalan dengan lancar. Hanya saja, kata dia, untuk kerusakan berat Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Wajo mendapatkan bantuan tenda dari Balai Besar Penjamin Mutu, karena ada sekolah yang gedungnya sudah tidak bisa dipakai lagi akibat terjangan banjir bandang.
"Sekolah yang sama sekali gedungnya tidak bisa digunakan yakni di SD 397 Awo, dan SMP 4 Seatap Keera. Setelah dilakukan pemantauan anak anak kita mulai kemarin sampai tujuh hari ke depan, melakukan kegiatan Ujian Akhir Sekolah," tandasnya.
Kerusakan infra-struktur di sejumlah sekolah yang ada di Kabupaten Wajo, yang diperkirakan satuan dinas pendidikan mengalami kerugian sekitar Rp 20 Miliar. Di sektor pendidikan dengan data yang ada, telah disampaikan ke Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, berupa proposal bantuan bencana di Satuan Pendidikan.
"Kami mengusulkan kurang lebih hampir Rp 20 Miliar kegiatan itu, pada saat kami beraudiens dengan Kepala Biro Perencanaan bahwa di Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan porsi untuk kegiatan kebencanaan memang tidak ada, tetapi nantinya ini akan dibantu pada saat dana DAK pada tahun 2025, jadi akan dijadikan pertimbangan Dana Alokasi Khusus (DAK) untuk satuan pendidikan di Kabupaten Wajo khususnya yang kena dampak bencana.(red)
Editor : Edi Prekendes