-->

Iklan

Obrolan di Warung Kopi Tentang Pelecehan Seksual

BERWA
Minggu, 29 September 2024, 8:54 PM WIB Last Updated 2024-09-29T12:54:46Z



BERITAWAJO.ID - Suatu ketika penulis berdiskusi dengan salah satu kawan di warung kopi Kota Sengkang. Dan memulai topik diskusi tentang persoalan pelecehan seksual yang marak terjadi di Indonesia. Lahirlah beberapa gagasan, saling bertukar pikiran dan sambil menikmati minuman kala itu.


Kita memulai pembahasan meneropong bagaimana upaya negara dalam meminimalisir pelecehan seksual yang terjadi di tengah-tengah masyarakat. Sampai saat ini, di antara upaya kongkrit negara adalah mengesahkan undang-undang (UU) Nomor 12 Tahun 2022 tentang Tindak Pidana Kekerasan Seksual dan juga kebijakan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi mengeluarkan peraturan nomor 30 tahun 2021 tentang Pencegahan dan Penanganan Kekerasan Seksual (PPKS) di Perguruan Tinggi.


Jika kita menyimak beberapa kajian kaum feminisme di Indonesia. Upaya yang dilakukan untuk menghindari pelecehan seksual berbagai macam. Di antaranya latihan bela diri, dan upaya preventif lainnya yang bersifat individual. Di dalam diskusi kala itu, tak lupa pula kita membahas peran jilbab sebagai penutup aurat bagi kaum muslimah agar terhindar dari pelecehan seksual. 


Namun dari ke semua pembahasan. Penulis mempunyai pandangan kenapa kasus pelecehan seksual terus terjadi. Yang tentu tak sedikit kaum perempuan menjadi korban utamanya. 


Berangkat dari buku yang berjudul Patologi Sosial yang di tulis oleh Dr. Kartini Kartono. Di dalam buku itu, dijelaskan dalam satu sub bab teori terjadinya sebuah kejahatan. Di antara beberapa teori, penulis mengutip teori filsafat tentang manusia atau antropologi transidental. Di dalam teori ini dijelaskan bahwa telah terjadinya proses dialek antara jiwa dan jasmani dalam diri manusia. Di mana jiwa memiliki sifat yang sempurna, bersih dan suci. Cenderung mengarahkan ke hal-hal yang baik (susila).


Sementara jasmani sifatnya adalah belum selesai, tidak sempurna dan liar. Sehingga cenderung untuk melakukan hal-hal yang buruk (asusila). Setelah jiwa masuk ke dalam jasmani, manusia memiliki dua kecendrungan yaitu baik dan buruk.


Sehingga manusia setiap saat dalam menjalani kehidupan merasakan proses dialektika antara kebajikan dan keburukan dalam dirinya. Dan harus berjuang untuk mengalahkan sifat buruknya itu. Namun, dijelaskan di dalam buku tersebut, pada realitasnya manusia sulit untuk mengalahkan bisikan-bisikan jahat pada dirinya. 


Secara esensial, ketika manusia lahir dari rahim seorang Ibu. Keadaan jiwa bayi tersebut dalam keadaan suci. Tapi, setelah beranjak dewasa mulai ter-kontaminasi oleh hal-hal yang buruk sehingga mempunyai keinginan untuk melakukan suatu kejahatan. 


Sehingga problematika pelecehan seksual yang marak terjadi itu tidak hanya bisa dicegah oleh hukum yang sifatnya publik. Hukum hanya sebatas upaya preventif untuk memberi larangan dan ancaman (akibat hukum) apabila melanggarnya. Namun, tentu tidak mampu memperbaiki (memberi solusi) manusianya.


Di era modern saat ini, kita dikepung oleh konten pornografi. Setiap orang yang mempunyai gawai sangat berpotensi untuk terpapar dan kecanduan konten pornografi. Dan menurut hemat penulis, terpapar dan kecanduan pornografi merupakan salah satu sebab di antara sebab yang lain lahirnya keinginan melakukan pelecehan seksual. 


Di beberapa kasuistik pelecehan seksual di Indonesia misalnya. Para pelaku sebelum memulai aksinya diawali dengan mengkonsumsi atau terpapar konten pornografi. Contoh kasus pelecehan seksual baru-baru ini. Empat orang siswa SMP di Palembang memperkosa dan membunuh seorang perempuan berusia 13 tahun. Menurut keterangan penyidik, para pelaku kecanduan konten pornografi.


Sebagaimana teori kejahatan yang dijelaskan sebelumnya, bahwa manusia pada dasarnya mempunyai jiwa yang suci. Namun, menjadi tercemar akibat lingkungan yang menghendakinya. Salah satunya adalah tontonan konten pornografi yang dapat merusak akal dan jiwa seseorang. 


Sebagaimana yang pernah dijelaskan manusia yang paling mulia Rasulullah Sallallahu ‘Alahi Wasallam beliau bersabda; "Ingatlah! sesungguhnya di dalam jasad itu ada segumpal daging, apabila itu baik maka baik (pula) seluruh jasadnya, apabila itu rusak maka rusak (pula) seluruh jasadnya. Ingatlah! Dan itu adalah hati,’’ (Muttafaq ‘alaih).


Oleh sebab itu, sifat menahan diri untuk menghindari konten pornografi dan melihat lawan jenis tanpa adanya alasan syar’i (dalam perspektif Islam). Menjadi solusi bagi masyarakat modern saat ini yang lebih banyak menghabiskan waktu dengan gawai, agar terjaga hatinya, hidup lebih produktif dan terhindar dari kecanduan konten pornografi. Dengan begitu, harapan terbesar kasus pelecehan seksual di Indonesia dapat terminimalisir.


Penulis : Arung Samudra 

Editor.  : Edi Prekendes 

Komentar

Tampilkan

  • Obrolan di Warung Kopi Tentang Pelecehan Seksual
  • 0

Terkini

Topik Populer