BERITAWAJO.ID, TANASITOLO - Di sudut Kelurahan Mappadaelo, Kecamatan Tanasitolo, Kabupaten Wajo, berdiri sebuah rumah kayu yang hampir tak layak disebut rumah. Tanpa dinding yang melindungi dari angin malam dan hujan, bangunan reyot itu menjadi tempat berteduh bagi seorang pria renta bernama Songgo. Di usianya yang senja, ia hidup seorang diri, tanpa anak dan istri, tanpa kepastian akan makanan esok hari, dan yang lebih memilukan—tanpa pernah mendapat bantuan dari pemerintah.
Sendirian di Ujung Senja
Kakek Songgo bukan hanya seorang pria tua yang tinggal dalam keterbatasan, tetapi juga simbol dari mereka yang terlupakan. Setiap hari, ia menjalani hidupnya dalam sunyi. Jika beruntung, ada keluarga jauh yang datang membawakan makanan atau tetangga yang menyisihkan sebagian rezekinya untuk sekadar memberinya makan.
Di dalam gubuknya yang terbuka, ia hanya beralas tikar lusuh. Tanpa kasur empuk, tanpa bantal nyaman, dan tanpa dinding yang melindunginya dari gigitan nyamuk atau udara dingin malam hari. Jika hujan turun, air dengan mudah masuk ke dalam rumahnya. Di musim kemarau, debu beterbangan tanpa ada penghalang.
“Tidak ada anak atau istri yang menemani. Sudah bertahun-tahun saya seperti ini,” ujar Kakek Songgo dengan suara lemah, matanya menerawang ke kejauhan.
Menurut Kelonakan Kakek Songgo, Hj. Sumiati menyampaikan belum pernah tersentuh bantuan sosial dari pemerintah. Ia hanya bergantung pada kemurahan hati orang-orang di sekitarnya.
Ditemukan oleh Babinsa, Tapi Masih Tanpa Perhatian Pemerintah
Kisah pilu Kakek Songgo mencuat ketika Babinsa Koramil 02 Tanasitolo Kodim 1406 Wajo, Serda Saharuddin, menemukannya dalam program TNI Jumat Berkah. Saat melakukan pengecekan langsung, ia tak bisa menyembunyikan rasa iba melihat kondisi kakek yang hidup dalam keterbatasan ekstrem.
“Kami datang untuk melihat langsung warga yang benar-benar membutuhkan bantuan. Dan ketika menemukan Kakek Songgo, hati saya terenyuh. Seorang pria tua hidup di tempat seperti ini tanpa ada perhatian ,” tutur Serda Saharuddin.
Harapan akan Perhatian dan Kepedulian
Menyikapi kondisi tersebut, Danramil setempat berencana memberikan bantuan kepada Kakek Songgo. Namun, tentu bantuan ini hanya sementara. Ia membutuhkan solusi jangka panjang—bukan sekadar beras untuk makan beberapa hari, tetapi kepastian hidup di hari-hari mendatang.
Masyarakat berharap agar pemerintah Kabupaten Wajo segera mengambil tindakan nyata. Bukan sekadar janji atau pendataan ulang, tetapi tindakan langsung yang bisa memberikan kehidupan lebih layak bagi Kakek Songgo.
Di negeri yang menjunjung tinggi kesejahteraan sosial, masih ada mereka yang luput dari perhatian. Kakek Songgo adalah cerminan dari mereka yang berjuang sendiri di usia senja, mengandalkan belas kasih orang lain tanpa tahu apakah esok masih ada yang peduli.
Kini, pertanyaannya bukan lagi siapa yang salah, tetapi siapa yang akan bergerak. Akankah pemerintah daerah menunggu lebih lama, ataukah kepedulian kita yang lebih dulu datang menyelamatkan?
Editor : Edi Prekendes